Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan hambatan
aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran
udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang beracun atau berbahaya.
Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK karena bronchitis kronik merupakan diagnosis klinis sedangkan emfisema merupakan diagnosis patologi.
Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK karena bronchitis kronik merupakan diagnosis klinis sedangkan emfisema merupakan diagnosis patologi.
Dalam
menilai gambaran klinis pada PPOK harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
berikut:
a.
Onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada usia pertengahan,
b.
Perkembangan gejala bersifat progresif lambat,
c.
Riwayat pajanan, seperti merokok, polusi udara (di dalam
ruangan, luar ruangan dan tempat kerja),
d.
Sesak pada saat melakukan aktivitas,
e.
Hambatan aliran udara umumnya ireversibel (tidak bisa kembali
normal).
Diagnosis dan Klasifikasi
(Derajat) PPOK
Dalam
mendiagnosis PPOK dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (foto toraks, spirometri dan lain-lain). Diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan foto toraks dapat menentukan PPOK Klinis. Apabila
dilanjutkan dengan pemeriksaan spirometri akan dapat menentukan diagnosis PPOK
sesuai derajat (PPOK ringan, sedang dan berat) Diagnosis PPOK Klinis ditegakkan
apabila:
1.
Anamnesis:
a. Ada faktor risiko
-
Usia (pertengahan)
-
Riwayat pajanan
-
Asap rokok
-
Polusi udara
-
Polusi tempat kerja
b. Gejala:
Gejala PPOK
terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi ini harus diperiksa
dengan teliti karena seringkali dianggap sebagai gejala yang biasa terjadi pada
proses penuaan.
-
Batuk kronik
Batuk kronik
adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan yang tidak
hilang dengan pengobatan yang diberikan
hilang dengan pengobatan yang diberikan
-
Berdahak kronik
Kadang kadang
pasien menyatakan hanya berdahak terus menerus
tanpa disertai batuk
tanpa disertai batuk
-
Sesak nafas, terutama pada saat melakukan
aktivitas
Seringkali
pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak nafas
yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan.
Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, gunakan ukuran sesak
napas sesuai skala sesak.
yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan.
Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, gunakan ukuran sesak
napas sesuai skala sesak.
·
Skala
Sesak
Skala sesak Keluhan sesak berkaitan dengan aktivitas
0 = Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat
1 = Sesak mulai timbul bila berjalan cepat atau naik tangga 1 tingkat
2 = Berjalan lebih lambat karena merasa sesak
3 = Sesak timbul bila berjalan 100 m atau setelah beberapa menit
4 = Sesak bila mandi atau berpakaian
Skala sesak Keluhan sesak berkaitan dengan aktivitas
0 = Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat
1 = Sesak mulai timbul bila berjalan cepat atau naik tangga 1 tingkat
2 = Berjalan lebih lambat karena merasa sesak
3 = Sesak timbul bila berjalan 100 m atau setelah beberapa menit
4 = Sesak bila mandi atau berpakaian
2.
Pemeriksaan
fisik:
Pada
pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas terutama auskultasi
pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat hiperinflasi alveoli. Sedangkan
pada PPOK derajat sedang dan PPOK derajad berat seringkali terlihat perubahan
cara bernapas atau perubahan bentuk anatomi toraks. Secara umum pada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:
Inspeksi
·
Bentuk
dada: barrel chest (dada seperti tong)
·
Terdapat
cara bernapas purse lips breathing (seperti orang meniup)
·
Terlihat
penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas
·
Pelebaran
sela iga
Perkusi
·
Hipersonor
Auskultasi
Auskultasi
·
Fremitus
melemah,
·
Suara
nafas vesikuler melemah atau normal
·
Ekspirasi
memanjang
·
Mengi
(biasanya timbul pada eksaserbasi)
·
Ronki
3.
Pemeriksaan
penunjang:
Pemeriksaan
penunjang yang diperlukan pada diagnosis PPOK antara
lain :
lain :
-
Radiologi
(foto toraks)
-
Spirometri
-
Laboratorium
darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan telah
terjadi hipoksia kronik)
terjadi hipoksia kronik)
-
Analisa
gas darah
-
Mikrobiologi
sputum (diperlukan untuk pemilihan antibiotik bila terjadi
eksaserbasi)
eksaserbasi)
Meskipun kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologis masih
normal pada PPOK ringan tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi juga untuk menyingkirkan
diagnosis penyakit paru lainnya atau menyingkirkan diagnosis banding dari
keluhan pasien. Hasil pemeriksaan radiologis dapat berupa kelainan :
-
Paru
hiperinflasi atau hiperlusen
-
Diafragma
mendatar
-
Corakan
bronkovaskuler meningkat
-
Bulla
-
Jantung
pendulum
Dinyatakan PPOK
(secara klinis) apabila sekurang-kurangnya pada anamnesis ditemukan adanya
riwayat pajanan faktor risiko disertai batuk kronik dan berdahak dengan sesak
nafas terutama pada saat melakukan aktivitas pada seseorang yang berusia
pertengahan atau yang lebih tua.
Catatan:
* Untuk penegakkan diagnosis PPOK perlu disingkirkan kemungkinan adanya asma bronkial, gagal jantung kongestif, TB Paru dan sindrome obstruktif pasca TB Paru. Penegakkan diagnosis PPOK secara klinis dilaksanakan di puskesmas atau rumah sakit tanpa fasilitas spirometri. Sedangkan penegakan diagnosis dan penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan Perkumpulan Dokter Paru Indonesia (PDPI) / Gold tahun 2005, dilaksanakan di rumah sakit / fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki spirometri.
Catatan:
* Untuk penegakkan diagnosis PPOK perlu disingkirkan kemungkinan adanya asma bronkial, gagal jantung kongestif, TB Paru dan sindrome obstruktif pasca TB Paru. Penegakkan diagnosis PPOK secara klinis dilaksanakan di puskesmas atau rumah sakit tanpa fasilitas spirometri. Sedangkan penegakan diagnosis dan penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan Perkumpulan Dokter Paru Indonesia (PDPI) / Gold tahun 2005, dilaksanakan di rumah sakit / fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki spirometri.
c. Penentuan klasifikasi (derajat) PPOK
Penentuan klasifikasi (derajat)
PPOK sesuai dengan ketentuan Perkumpulan Dokter Paru Indonesia (PDPI) / Gold
tahun 2005 sebagai berikut :
1.
PPOK
Ringan
Gejala klinis:
-
Dengan
atau tanpa batuk
-
Dengan
atau tanpa produksi sputum.
-
Sesak
napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak
-
Spirometri:
·
VEP1 •
80% prediksi (normal spirometri) atau
·
VEP1 /
KVP < 70%
2.
PPOK
Sedang
Gejala klinis:
-
Dengan
atau tanpa batuk
-
Dengan
atau tanpa produksi sputum.
-
Sesak
napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas)
-
Spirometri:
·
VEP1 /
KVP < 70% atau
·
50% <
VEP1 < 80% prediksi.
3.
PPOK
Berat
Gejala klinis:
-
Sesak
napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik.
-
Eksaserbasi
lebih sering terjadi
-
Disertai
komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.
-
Spirometri:
·
VEP1 /
KVP < 70%,
·
VEP1 30%
dengan gagal napas kronik
Gagal napas kronik pada PPOK ditunjukkan dengan hasil
pemeriksaan analisa
gas darah, dengan kriteria:
-
Hipoksemia
dengan normokapnia atau
-
Hipoksemia
dengan hiperkapnia.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan PPOK dibedakan atas tatalaksana kronik
dan tatalaksana eksaserbasi, masing masing sesuai dengan klasifikasi (derajat)
beratnya (Lihat Buku Penemuan dan Tatalaksana PPOK) Secara umum tata laksana
PPOK adalah sebagai berikut:
1. Pemberian obat obatan
a. Bronkodilator
Dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi kecuali pada eksaserbasi digunakan oral atau sistemik
Dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi kecuali pada eksaserbasi digunakan oral atau sistemik
b. Anti inflamasi
Pilihan utama
bentuk metilprednisolon atau prednison. Untuk penggunaan
jangka panjang pada PPOK stabil hanya bila uji steroid positif. Pada
eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk oral atau sistemik
jangka panjang pada PPOK stabil hanya bila uji steroid positif. Pada
eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk oral atau sistemik
c. Antibiotik
Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang untuk pencegahan eksaserbasi.
Pilihan antibiotik pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola kuman setempat.
Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang untuk pencegahan eksaserbasi.
Pilihan antibiotik pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola kuman setempat.
d. Mukolitik
Tidak diberikan secara rutin. Hanya digunakan sebagai pengobatan
simtomatik bila tedapat dahak yang lengket dan kental.
Tidak diberikan secara rutin. Hanya digunakan sebagai pengobatan
simtomatik bila tedapat dahak yang lengket dan kental.
e. Antitusif
Diberikan hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu. Penggunaan
secara rutin merupakan kontraindikasi.
Diberikan hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu. Penggunaan
secara rutin merupakan kontraindikasi.
2. Pengobatan penunjang
a. Rehabilitasi
b. Edukasi
c. Berhenti merokok
d. Latihan fisik dan respirasi
e. Nutrisi
3. Terapi oksigen
Harus berdasarkan analisa gas darah baik pada
penggunaan jangka panjang atau pada eksaserbasi. Pemberian yang tidak berhati
hati dapat menyebabkan hiperkapnia dan memperburuk keadaan. Penggunaan jangka
panjang pada PPOK stabil derajat berat dapat memperbaiki kualitas hidup
4. Ventilasi mekanik
Ventilasi mekanik invasif
digunakan di ICU pada eksaserbasi berat. Ventilasi
mekanik noninvasif digunakan di ruang rawat atau di rumah sebagai perawatan
lanjutan setelah eksaserbasi pada PPOK berat
mekanik noninvasif digunakan di ruang rawat atau di rumah sebagai perawatan
lanjutan setelah eksaserbasi pada PPOK berat
5. Operasi paru
Dilakukan bulektomi bila
terdapat bulla yang besar atau transplantasi paru
(masih dalam proses penelitian di negara maju)
(masih dalam proses penelitian di negara maju)
6. Vaksinasi influenza
Untuk mengurangi timbulnya
eksaserbasi pada PPOK stabil. Vaksinasi influensa
diberikan pada:
diberikan pada:
a. Usia di atas 60 tahun
b. PPOK sedang dan berat